Penulisan Feature: Penjual Piringan Hitam Ditengah Era Musik Digital
Siang itu, di bawah mendung langit Kota Jakarta, seorang pria berbaju kuning dan bercelana hitam, sedang duduk di depan tokonya. Pria itu, adalah Pak Inal, yang berumur 48 tahun. Berbeda dengan toko yang berada di sisi kanan dan kirinya yang menjual barang-barang antik, serta koper. Pak Inal, menjual piringan hitam atau vinyl dan juga kaset.
Tokonya yang terletak di Kawasan Pasar Surabaya nampak sepi kala itu. Tidak ada pembeli yang datang. Namun, keadaan tersebut tak membuat senyum ramah Pak Inal, menghilang. Keadaan tokonya yang berukuran 1x20 meter, terasa nyaman karena di dalamnya terdapat dua buah kipas angin, sebagai alat penyejuk udara. Piringan hitam yang ia jual, tertata rapi di dua rak besi, yang menempel ke tembok. Sementara, kaset-kaset yang dijual, ia tumpukkan di sebuah etalase yang berada di depan toko.
Di sisi lain toko, terdapat sebuah alat pemutar piringan hitam yang biasa disebut gramofon dan dua buah tape, untuk mencoba barang yang akan dibeli oleh pelanggan. Pak Inal, sudah menjalani profesi sebagai penjual piringan hitam selama 15 tahun. Sebuah kejadian kecelakaan yang membuatnya mengalami kelumpuhan, menjadi alasan utamanya memilih untuk berdagang piringan hitam dan kaset.
Musik digital yang lebih banyak digemari oleh masyarakat saat ini, tak membuat Pak Inal merasa takut akan mengalami sepi pelanggan. "Peminat piringan hitam, sekarang ini lumayan bertambah dari tahun-tahun sebelumnya. Kalau dulu, yang beli piringan hitam itu rata-rata orang tua, sekarang anak muda pun banyak yang nyari piringan hitam,"tutur Pak Inal. Namun, dari banyaknya peminat piringan hitam, Pak Inal kadang kali mendapatkan kendala dalam mendapatkan piringan hitam yang sedang dicari oleh pembeli.
Selain karena susahnya mendapatkan piringan hitam, Pak Inal merasa saingannya dalam menjual piringan hitam semakin banyak. Misalnya saja, penjual piringan hitam di Pasar Surabaya pun, banyak jumlahnya. Belum lagi para penjual piringan hitam yang berada di tempat lain, misalnya toko piringan hitam yang berada di Blok M Square, Jakarta Selatan.
Piringan hitam yang Pak Inal jual, terdiri dari berbagai macam genre musik. Dari mulai musik Jazz, Rock, Pop, maupun Orkestra. Piringan hitamnya pun, bukan hanya piringan hitam yang berasal dari penyanyi luar negeri, ada juga piringan hitam dari musisi lokal, seperti grup musik AKA.
Piringan hitam yang ia jual, harganya sangat beragam. "Kalau masalah harga sih ya, relatif. Contohnya nih, piringan hitam dari genre musik rock atau blues, itu harganya bisa sampai satu jutaan per piringan hitam,"ujarnya sambil melihat ke sekeliling toko,"tapi, kalau genre musik orkestra atau pop, ya palingan harganya sekitar lima puluh ribuaan,"lanjut Pak Inal.

Komentar
Posting Komentar