Fenomena Sosial di Jakarta
Tulisan ini, merupakan hasil liputan dari Arij Miskah dan Nurul Faradila.
Fenomena anak jalanan, bukan lah suatu fenomena yang asing lagi untuk masyarakat di kota besar. Misalnya saja, seperti di Kota Jakarta. Jakarta, dengan anak jalannya merupakan suatu hal yang tak dapat dipisahkan. Anak jalanan, adalah sebuah julukan yang diberikan oleh masyarakat kepada anak-anak yang menggantungkan hidupnya di jalanan.
Di sudut kota Jakarta, di persimpangan jalan atau pun di jembatan penyebrangan, dapat dengan mudah menemukan mereka. Seolah tak peduli dengan teriknya matahari, mereka tetap berkerja dengan mejajakan barang dagangannya. Anak-anak di usia mereka, biasanya hanya bersekolah dan bermain.
Namun, mereka berbeda. Mereka harus menyisihkan waktunya setelah pulang sekolah untuk berkerja. Bahkan, ada sebagian dari mereka, yang harus meninggalkan bangku sekolah hanya untuk mencari uang.
Dengan wajah polos, mereka duduk di pinggir jalan, menantikan warna lampu lalu lintas berganti. Ketika warna itu berganti merah, mereka segera lari dengan kencang, menghampiri kendaraan yang berhenti. Suara mereka yang parau, tak hentinya menawarkan dagangannya pada para pengemudi. Mengharapkan mereka akan berbaik hati dan membeli barang yang dijual.
Anak jalanan memang merupakan pemandangan yang tak dapat dihindari ketika berhenti di lampu merah. Apa yang mereka lakukan di sana tak lain tak bukan untuk mencari rezeki. Barang yang mereka jajakan, merupakan barang-barang yang dibutuhkan dalam aktivitas sehari-hari. Misalnya saja, koran, lem, dan juga tissue. Ada yang memilih berjualan di depan pintu angkutan umum, di depan mobil mewah, dan ada juga yang memilih berjualan di hadapan pengendara sepeda motor. .
Walau terkadang mereka sama sekali tak memperoleh hasil, namun tak ada marah atau kecewa yang tergambar diwajahnya. Mungkin hal ini sudah biasa bagi mereka. Ketika usaha mereka tidak dihargai, tak jadi masalah, malah mereka masih sempat mengembangkan senyum dan bersenda gurau sesama mereka.
Namun Masih banyak pula anak jalanan yang mengalami penderitaan, ia diperas, ditindas dan dipaksa untuk bekerja oleh para preman, dan hasil kerja yang mereka peroleh dipaksa untuk disetorkan kepada preman tesebut. Tapi mereka tetap bertahan untuk berjuang banting tulang, untuk mendapatkan uang agar bisa bertahan hidup.
Fenomena anak jalanan, bukan lah suatu fenomena yang asing lagi untuk masyarakat di kota besar. Misalnya saja, seperti di Kota Jakarta. Jakarta, dengan anak jalannya merupakan suatu hal yang tak dapat dipisahkan. Anak jalanan, adalah sebuah julukan yang diberikan oleh masyarakat kepada anak-anak yang menggantungkan hidupnya di jalanan.
Di sudut kota Jakarta, di persimpangan jalan atau pun di jembatan penyebrangan, dapat dengan mudah menemukan mereka. Seolah tak peduli dengan teriknya matahari, mereka tetap berkerja dengan mejajakan barang dagangannya. Anak-anak di usia mereka, biasanya hanya bersekolah dan bermain.
Namun, mereka berbeda. Mereka harus menyisihkan waktunya setelah pulang sekolah untuk berkerja. Bahkan, ada sebagian dari mereka, yang harus meninggalkan bangku sekolah hanya untuk mencari uang.
Dengan wajah polos, mereka duduk di pinggir jalan, menantikan warna lampu lalu lintas berganti. Ketika warna itu berganti merah, mereka segera lari dengan kencang, menghampiri kendaraan yang berhenti. Suara mereka yang parau, tak hentinya menawarkan dagangannya pada para pengemudi. Mengharapkan mereka akan berbaik hati dan membeli barang yang dijual.
Anak jalanan memang merupakan pemandangan yang tak dapat dihindari ketika berhenti di lampu merah. Apa yang mereka lakukan di sana tak lain tak bukan untuk mencari rezeki. Barang yang mereka jajakan, merupakan barang-barang yang dibutuhkan dalam aktivitas sehari-hari. Misalnya saja, koran, lem, dan juga tissue. Ada yang memilih berjualan di depan pintu angkutan umum, di depan mobil mewah, dan ada juga yang memilih berjualan di hadapan pengendara sepeda motor. .
Walau terkadang mereka sama sekali tak memperoleh hasil, namun tak ada marah atau kecewa yang tergambar diwajahnya. Mungkin hal ini sudah biasa bagi mereka. Ketika usaha mereka tidak dihargai, tak jadi masalah, malah mereka masih sempat mengembangkan senyum dan bersenda gurau sesama mereka.
Namun Masih banyak pula anak jalanan yang mengalami penderitaan, ia diperas, ditindas dan dipaksa untuk bekerja oleh para preman, dan hasil kerja yang mereka peroleh dipaksa untuk disetorkan kepada preman tesebut. Tapi mereka tetap bertahan untuk berjuang banting tulang, untuk mendapatkan uang agar bisa bertahan hidup.
Komentar
Posting Komentar