Bocah Penjual Tissue, yang Berjuang Demi Sekolah
Fenomena anak jalanan bukan lagi menjadi hal yang baru di Jakarta. Alvin Benardin, seorang anak berusia 10 tahun yang harus menghabiskan hari-harinya di jalanan untuk berjualan tissue. Alvin merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara, ayahnya bekerja sebagai penjual minuman, sedangkan ibunya sebagai penjual pecel. Satu tahun sudah telah Alvin lalui untuk menjual tissue di kawasan Universitas Indonesia, tepatnya di fakultas FISIP (Fakultas Ilmu Sosial dan Politik) dan Psikologi. Keterblakangan ekonomi lah, yang membuat Alvin harus berjualan tissue demi membantu dan menolong orang tua.
Alvin saat ini, masih mengenyam pendidikan dibangku kelas empat SD. Dengan kesibukannya sebagai penjual tissue, ia mengaku tidak memiliki masalah dalam mengatur waktu untuk belajar dan berjualan. Ia malah mengaku senang dan tak malu, berjualan tissue seperti ini. Dari pukul 09.00 WIB sampai 12.00 WIB, biasanya Alvin lakukan untuk berjualan tissue, setelah itu ia akan bergegas kembali untuk menuntut ilmu. Lelah, letih, dan pegal tak menjadi alasan bagi Alvin untuk terus bekerja. Bocah yang bercita-cita ingin menjadi pengusaha hebat ini, ternyata bisa mendapatkan keuntungan Rp. 100.000 dari modal yang ia keluarkan sebesar Rp. 50.000 dalam sehari.
Sementara, di lokasi yang lain, terdapat dua orang anak yang memiliki pekerjaan yang sama seperti Alvin. Mereka adalah Muhammad Ramadhan, yang berusia 13 tahun dan Muhammad Khairul Abidin, berusia 12 tahun. Mereka berdua, merupakan teman seklelas dan saat ini duduk di kelas satu SMP. Ramadhan dan Khairul, biasa menjajakan dagangannya di depan Universitas Gunadarma ataupun Depok Town Square. Mereka akan berjualan, mulai pukul 12.00 WIB sampai 18.00 WIB.
Irul, sapaan akrab Khairul, merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Adik dan kakaknya, juga masih bersekolah. Sementara, ayah dan ibunya bekerja sebagai penjaga kebersihan di sekolah. Alasan kesulitan ekonomi keluargalah, yang membuat bocah 12 tahun ini, terpaksa harus berjualan tissue sejak kelas tiga SD. Selain untuk membantu perekonomian keluarga, uang yang ia dapatkan dari hasil jualan, sebagian ia sisihkan untuk menabung. Bocah yang bercita-cita menjadi seorang pemadam kebakaran ini, merasa tidak malu untuk berjualan tissue. Walaupun, saat pertama kali ia berjualan, rasa malu itu sempat muncul. Irul, berangkat dari rumahnya di kawasan Beji, Depok ke tempat berjualan menggunakan angkutan umum.
Tissue yang dijual, ia beli dari seorang agen dengan harga Rp. 1.300 kemudian, akan ia jual kembali seharga Rp. 3.000. Biasanya, jika dagangannya laku, ia akan mendapatkan penghasilan sebesar Rp. 100.000, namun jika tidak ia hanya akan membawa pulang Rp. 80.000. Ramainya jalanan, membuat Irul harus selalu bersikap waspada. Pasalnya, seringkali ada pengamen yang menghampiri dan memalaknya. Para pengamen itu, akan meminta paksa uang yang telah Irul dapat, jika ia tidak memberikan, plastik yang digunakan Irul untuk menaruh uang akan dirampas dan diperiksa.
Teman berjualan Irul, yakni Ramadhan, merupakan anak ketiga dari lima bersaudara. Ayah Ramadhan bekerja sebagai petugas penjaga parkir di Pasar Minggu, sedangkan ibunya bekerja sebagai asisten rumah tangga. Anak laki-laki 13 tahun ini, berjualan tissue sejak tiga bulan yang lalu. Berbeda dengan Alvin dan Irul, alasan Ramdhan berjualan tissue hanyalah untuk ikut-ikutan teman dan sebagai tambahan uang jajannya.
Dengan modal Rp. 13.000, ia bisa mendapatkan penghasilan Rp. 30.000 per harinya. Ramadhan mengaku, kalau kegiatan berjualannya sama sekali tidak menggangu aktivitas sekolahnya. Dengan postur tubuh yang tinggi, membuat ia tidak diganggu oleh para pengamen, seperti Irul. Gangguan yang ia dapat saat berdagang, hanyalah berasal dari keusilan para pesaingnya saja. Saat dewasa nanti, ia bercita-cita ingin menjadi seorang polisi.
Alvin saat ini, masih mengenyam pendidikan dibangku kelas empat SD. Dengan kesibukannya sebagai penjual tissue, ia mengaku tidak memiliki masalah dalam mengatur waktu untuk belajar dan berjualan. Ia malah mengaku senang dan tak malu, berjualan tissue seperti ini. Dari pukul 09.00 WIB sampai 12.00 WIB, biasanya Alvin lakukan untuk berjualan tissue, setelah itu ia akan bergegas kembali untuk menuntut ilmu. Lelah, letih, dan pegal tak menjadi alasan bagi Alvin untuk terus bekerja. Bocah yang bercita-cita ingin menjadi pengusaha hebat ini, ternyata bisa mendapatkan keuntungan Rp. 100.000 dari modal yang ia keluarkan sebesar Rp. 50.000 dalam sehari.
Sementara, di lokasi yang lain, terdapat dua orang anak yang memiliki pekerjaan yang sama seperti Alvin. Mereka adalah Muhammad Ramadhan, yang berusia 13 tahun dan Muhammad Khairul Abidin, berusia 12 tahun. Mereka berdua, merupakan teman seklelas dan saat ini duduk di kelas satu SMP. Ramadhan dan Khairul, biasa menjajakan dagangannya di depan Universitas Gunadarma ataupun Depok Town Square. Mereka akan berjualan, mulai pukul 12.00 WIB sampai 18.00 WIB.
Irul, sapaan akrab Khairul, merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Adik dan kakaknya, juga masih bersekolah. Sementara, ayah dan ibunya bekerja sebagai penjaga kebersihan di sekolah. Alasan kesulitan ekonomi keluargalah, yang membuat bocah 12 tahun ini, terpaksa harus berjualan tissue sejak kelas tiga SD. Selain untuk membantu perekonomian keluarga, uang yang ia dapatkan dari hasil jualan, sebagian ia sisihkan untuk menabung. Bocah yang bercita-cita menjadi seorang pemadam kebakaran ini, merasa tidak malu untuk berjualan tissue. Walaupun, saat pertama kali ia berjualan, rasa malu itu sempat muncul. Irul, berangkat dari rumahnya di kawasan Beji, Depok ke tempat berjualan menggunakan angkutan umum.
Tissue yang dijual, ia beli dari seorang agen dengan harga Rp. 1.300 kemudian, akan ia jual kembali seharga Rp. 3.000. Biasanya, jika dagangannya laku, ia akan mendapatkan penghasilan sebesar Rp. 100.000, namun jika tidak ia hanya akan membawa pulang Rp. 80.000. Ramainya jalanan, membuat Irul harus selalu bersikap waspada. Pasalnya, seringkali ada pengamen yang menghampiri dan memalaknya. Para pengamen itu, akan meminta paksa uang yang telah Irul dapat, jika ia tidak memberikan, plastik yang digunakan Irul untuk menaruh uang akan dirampas dan diperiksa.
Teman berjualan Irul, yakni Ramadhan, merupakan anak ketiga dari lima bersaudara. Ayah Ramadhan bekerja sebagai petugas penjaga parkir di Pasar Minggu, sedangkan ibunya bekerja sebagai asisten rumah tangga. Anak laki-laki 13 tahun ini, berjualan tissue sejak tiga bulan yang lalu. Berbeda dengan Alvin dan Irul, alasan Ramdhan berjualan tissue hanyalah untuk ikut-ikutan teman dan sebagai tambahan uang jajannya.
Dengan modal Rp. 13.000, ia bisa mendapatkan penghasilan Rp. 30.000 per harinya. Ramadhan mengaku, kalau kegiatan berjualannya sama sekali tidak menggangu aktivitas sekolahnya. Dengan postur tubuh yang tinggi, membuat ia tidak diganggu oleh para pengamen, seperti Irul. Gangguan yang ia dapat saat berdagang, hanyalah berasal dari keusilan para pesaingnya saja. Saat dewasa nanti, ia bercita-cita ingin menjadi seorang polisi.
Komentar
Posting Komentar