Jelajah Sragen

Kali ini, aku bakalan share perjalananku dan teman-teman, ke kota kecil di Jawa Tengah bernama Sragen. Aku dan ketiga temanku, berangkat menuju Sragen menggunakan kereta. Kami berangkat dari Stasiun Pasar Senen, jam 10.15 WIB. Di kereta, kami duduk bersama dua orang laki-laki, yang sebut saja bernama Bono dan Boni. Mereka berdua, akan turun di Solo.



Selama perjalanan, aku dan ketiga temanku tidak bisa tidur. Kami, sibuk mengobrol dan bermain. Sementara Bono dan Boni, sudah tidur sejak perjalanan dimulai. Dalam satu gerbong, mungkin aku dan teman-temanlah yang paling berisik. Kami hanya diam sebentar, lalu kemudian berisik kembali. Sampai-sampai, ketika kami hendak ke kamar kecil, semua orang memperhatikan kami dengan tatapan yang kurang menyenangkan.


Bahkan, si Bono yang tiba-tiba bangun pun, sampai merekam kami berempat yang sedang main dan mengunggahnya di instagram story miliknya. Kami main apa saja yang bisa kami mainkan. Mulai dari ABC lima dasar, kotak pos, tebak profesi dan sambung lirik. Semua permainan itu, kami lakukan untuk menghilangkan penat selama perjalanan.

Kami tiba di Sragen pukul 9 malam. Kami dan beberapa orang, ternyata salah tempat saat turun. Bukannya turun di peron, kami malah melompat ke rel kereta. Dan keadaan stasiun saat itu, benar-benar gelap gulita. Kami semua panik, saat mendengar ada orang yang berteriak "Awas ada kereta! Naik-naik". Aku dan satu orang temanku, segera naik kembali ke kereta dengan dibantu oleh seorang bapak-bapak.

Karena sudah malam, keadaan kota pun sepi. Tidak ada angkutan umum, yang ada hanyalah ojek. Itu pun, juga cuma sedikit jumlahnya. Jadi, aku dan teman-temanku memutuskan untuk jalan kaki menuju ke penginapan. Kami berjalan sekitar 22km, dengan waktu tempuh sekitar 30 menit. Kami bermalam di Hotel Pondok Indah, dengan biaya 100ribu/malam.

Keesokan harinya, kami pun pergi menuju ke rumah teman, yang letaknya di Desa Dimoro, Sambung Macan. Kami di sana, akan menghadiri acara pernikahan Putri, teman kami saat SMP. Dengan menggunakan angkot yang disewa seharga 70ribu, kami pun sampai di rumah Putri. Acara pernikahannya pun, berjalan dengan lancar. Sore harinya, kami berniat untuk kembali ke penginapan.




Sudah hampir satu jam, kami menunggu bus kecil yang akan membawa kami ke kota, tapi ternyata bus itu tak kunjung datang. Akhirnya, salah satu temanku yang bernama Dewi, nekat memberhentikan mobil pick up. Tidak disangka, mobil itu berhenti dan mengizinkan kami untuk menumpang. Mas supirnya baik banget. Kalo masnya baca ini, makasih ya mas udah mau numpangin kita. Ini pertama kalinya aku dan ketiga temanku naik mobil pick up dan ternyata, rasanya seru banget. Angin yang bertiup kencang sore itu, membuat kami seperti sedang berada di video clip.






Hari Minggu, kami berniat pergi ke terminal Gemolong, untuk membeli tiket pulang. Kami bangun pagi, kemudian keluar penginapan untuk mencari sarapan. Sepanjang jalan dari penginapan menuju alun-alun, kami sulit menemukan penjual makanan. Akhirnya, kami memutuskan untuk sarapan di taman. Kebetulan, ada tukang angkringan di sana. Selesai sarapan, kami pun segera kembali ke penginapan.

Selesai mandi dan check out, kami pun menunggu angkot 01 yang akan menuju ke Pasar Bunder. Menurut arahan ibu-ibu penjual ayam penyet, kami harus ke Pasar Bunder terlebih dahulu, lalu naik bus kecil untuk sampai ke terminal Gemolong. Sesampainya kami di Pasar Bunder, ternyata bus yang ibu itu maksud tidak ada. Kami pun, akhirnya naik bus ke arah lain.

Kami terpaksa turun di perempatan jalan, karena bus akan mengarah lurus, sementara arah Gemolong ke kiri. Kami menunggu di perempatan itu cukup lama. Namun, bus ke arah Gemolong tidak juga datang. Akhirnya, seperti kemarin, kami berniat untuk menumpang mobil pick up lagi. Dengan dibantu seorang ibu yang juga sudah menunggu bus lama, kami mendapatkan mobil pick up yang bisa ditumpangi.

Mobil itu, adalah mobil sayur. Seperti di FTV ya hahaha. Di dalam mobil itu, sudah terdapat tiga orang ibu-ibu. Aku, teman-temanku, dan dua orang ibu lainnya naik ke mobil. Di atas, kami mengobrol dan ketiga ibu yang sudah lebih dulu ada di atas mobil, memberikan kami pisang. Tidak hanya itu, ibu yang naik barengan bersama kami, juga berniat membelikan kami kacang. Sungguh, mereka sangat baik. Dalam waktu yang singkat, mereka sudah bisa membuat kami merasa seperti sudah kenal lama dengan mereka.


Sesampainya kami di Gemolong, kami segera memesan tiket bus keberangkatan Senin sore. Namun, setelah pembayaran tiket, kami masih harus memikirkan di mana kami akan bermalam. Kami berusaha mencari tempat penginapan di dekat terminal. Namun, tak ada satu pun yang kami temukan. Akhirnya, kami mencari kos-kosan, sebagai pilihan terakhir kami untuk bermalam. Dengan bantuan dari orang-orang sekitar, kami pun mendapat sebuah kos-kosan. Dengan kondisi rumah berukuran besar dan terdapat TV, kami menyewa tempat tersebut seharga 150ribu. Harga yang sebenarnya, tidak sebanding dengan ukuran rumah yang disewa.

Overall, perjalanan ini menyenangkan. Dengan uang yang sangat sedikit, kami bisa bertahan selama 4 hari. Makanan di Sragen juga murah-murah. Kamu bisa mendapatkan Soto daging+nasi, dengan harga 5ribu. Selain makanannya, orang-orang di sana juga baik dan ramah loh. Dari perjalanan ini, kami bisa belajar banyak hal dan tentunya mendapatkan pengalaman baru yang akan terus diingat.

Berikut, adalah video saat kami menumpang mobil pick up




Komentar

Postingan Populer