Mengenal Suku Bajo Lewat Buku 'Mata dan Manusia Laut'
Bandung - Okky Madasari, penulis yang dikenal dengan novel-novelnya yang menyuarakan kritikan sosial, kembali megeluarkan novel anak dari seri ketiga 'Mata', dengan judul 'Mata dan Manusia Laut'. Acara peluncuran tersebut dilakukan di auditorium Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, pada Minggu (19/05).
Setelah berpetualangan menyusuri hutan dan pengunungan pada novel terdahulunya, kini Mata berpetualang menjelajahi lautan. Kabar mengenai adanya manusia-manusia yang mampu menyelam tanpa bantuan alat selam, yang beredar di media internasional, membawa Matara dan ibunya ke Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Wakatobi.
Di kepulauan itu, Mata pun bertemu dengan Bambulo, bocah asli suku Bajo, yang sejak balita sudah dapat berenang dan menyelam di laut, seperti seekor ikan. Dari pertemuan tersebut, kemudian petualangan Mata dan Bambulo menjalajah lautan dimulai.
Okky mengakui bahwa inspirasi dari novel ini berasal dari jurnal sains internasional yang mengatakan bahwa adanya evolusi perubahan genetik dari masyarakat suku Bajo, di mana organ-organ dalam tubuh mereka berubah menyesuaikan dengan kebiasaan yang dilakukan.
"Laporan jurnal ilmiah Biologi, Cell, menyatakan bahwa warga suku Bajo, di Sulawesi, memiliki ukuran limpa yang 50 persen lebih besar, karena penyelam suku Bajo terbiasa habiskan 60 persen waktu kerjanya di dalam laut. Mereka bahkan sanggup menahan napas selama 13 menit di dalam air," ujar Okky. "Dari situ lah saya memutuskan seri ketiga "Mata" akan menceritakan tentang suku Bajo atau manusia laut, yang lokasinya berada di Wakatobi," tambahnya.
Meskipun novel ini merupakan tulisan fiksi, namun penulis yang pernah meraih penghargaan Khatulistiwa Literary Award ini, tetap melakukan perjalanan ke Wakatobi ataupun tempat-tempat lain yang menjadi latar belakang dari cerita, untuk melakukan riset. Di lokasi tersebut, Okky akan mengambil mengambil mitologi, kepercayaan lokal, fakta-fakta dalam realitas masyarakat, dan kemudian memasukannya ke dalam tulisan.
Baca Ini Juga Yuk: Lebih Dekat dengan Avianti Armand, Arsitek yang Gemar Menulis
Perempuan berusia 34 tahun ini, juga menceritakan bahwa masyarakat suku Bajo merupakan gambaran bagaimana modernitas dan tradisonal bertemu. Kehidupan modern seperti menyukai tayangan sinetron, adalah salah satu contohnya. Namun, kebiasaan tradisional mereka juga masih kental. Misalnya saja, masyarakat suku Bajo sampai sekarang lebih percaya dengan sanro atau tetua, dibandingkan pengobatan modern. Oleh karena itu, mereka masih mengadakan upacara Duata, yang bertujuan untuk penyembuhan serta memberikan keselamatan.
Selain itu, orang-orang dari suku Bajo juga tidak akan pernah menggunakan bom atau bersifat serakah saat menangkap ikan. Mereka memiliki caranya sendiri saat mencari ikan, jadi jika kita bicara mengenai lingkungan, serta bagaimana menjaga laut, hal tersebut bisa dipelajari melalui orang-orang Bajo. Sebab suku Bajo yang tinggal di tengah-tengah laut, sudah menganggap laut sebagai sumber kehidupan mereka.
Dalam novel 'Mata dan Manusia Laut', Okky menyelipkan kritik terhadap sistem pendidikan di Indonesia, di mana pendidikan antara di perkotaan dan daerah lain, disamaratakan. Selain diajak berpetualangan dengan Mata dan Bambulo, pembaca juga akan mendapatkan pengetahuan lebih mengenai Masalembo yang sering disebut sebagai segitiga bermuda di Indonesia, mitologi di suku Bajo, dan kehidupan mereka. "Sama seperti dua buku sebelumnya, harapannya dengan membaca buku kisah 'Mata dan Manusia Laut', para pembaca cilik secara tidak langsung dapat belajar lebih banyak mengenai sejarah, antropologi, hingga geografi Indonesia," ujar Okky.
Acara peluncuran novel 'Mata dan Manusia Laut', tidak hanya diisi dengan talk show dengan sang penulis, namun juga terdapat lomba membaca dongeng yang dibagi menjadi dua kategori, anak-anak dan dewasa. Serta terdapat juga hiburan dari penyanyi cilik Tarra Cherrino, yang menyanyikan soundtrack 'Mata'. Di akhir acara, Okky juga memberikan bocoran, bahwa kisah Mata masih akan berlanjut pada buku keempat, yang mengambil lokasi di Sangiran dan menceritakan tentang 'Mata di Dunia Purba'.
Komentar
Posting Komentar